Ingin Ekspor? Pelaku Usaha bisa Manfaatkan Analisa Pasar Ekspor

Sumber: NERACA

NERACA, Jakarta – Para pelaku usaha dalam negeri diminta untuk memanfaatkan hasil analisa pasar ekspor yang dilakukan para atase perdagangan yang ada di luar negeri. Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor, Kementerian Perdagangan Ari Satria menyebutkan bahwa setiap tahunnya para atase perdagangan di luar negeri diwajibkan untuk membuat 10 market survei atau market brief di negara masing-masing.

Ari menjelaskan isi dari market brief tersebut menjelaskan pasar yang ada di negara masing-masing atase perdagangan, daya saing produk yang ada di negara tersebut. Ia mencontohkan misalnya soal furnitur nantinya dalam market brief akan dijelaskan bentuk yang menarik, harga yang cocok, jaringan distribusi, para kompetitornya, strategi dan bagaimana cara memenangkan pasar di negara-negara tersebut.

Namun sayangnya, kata dia, distribusi market brief masing-masing negara tersebut kurang baik sehingga tidak sampai ke tangan para eksportir Indonesia. Padahal, jika memanfaatkan itu maka eksportir Indonesia bisa menyesesuaikan pasar di luar negeri dengan mudah. “Namun sayangnya tidak terdistribusikan kepada para eksportir di Indonesia. Makanya kami mencoba menyebarluaskan agar bisa dimanfaatkan dengan baik,” kata Ari saat ditemui di kantornya, Rabu (25/2).

Ia pun mengaku telah mendistribusikan market brief kepada para dunia usaha lewat asosiasi-asosiasi, dinas pemerintah daerah di seluruh Indonesia. “Dan kepada para pelaku UKM yang belum tergabung di asosiasi namun mempunyai keinginan untuk mengekspor produknya bisa mendapatkan market brief ini dengan mudah yaitu dengan mengakses internet dan diberikan dengan gratis dan bisa juga datang langsung ke kantor Kemendag. Jadi bisa sebanyak mungkin ekspornya,” jelasnya.

Ari mengatakan Indonesia mempunyai 40 kantor perwakilan di luar negeri sehingga jika setiap tahunnya setiap negara membuat 10 market brief maka dalam satu tahun ada 400 hasil analisa atau market brief yang dibuat. “Ini menjadi kesempatan bagi para eksportir untuk memanfaatkannya dengan baik,” pungkasnya.

Kerjasama Japan International Cooperation Agency (JICA)

Kementerian Perdagangan juga menjalin kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Nus Nuzulia Ishak kerjasama tersebut untuk mencapai target tiga kali lipas ekspor nasional. “Untuk meningkatkan kinerja ekspor sampai tiga kali lipat pada lima tahun ke depan, kita bisa memanfaatkan hasil-hasil kerja sama dengan JICA guna meningkatkan jejaring kemitraan. Ini sekaligus sebagai wujud komitmen antara pemerintah dan swasta dalam upaya peningkatan ekspor nasional,” tegasnya.

Melalui Direktorat Jenderal PEN, Kemendag terus berkomitmen untuk menginisiasi dan memperkuat produk berdaya saing global bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam rangka peningkatan ekspor nonmigas. Ditjen PEN-JICA melakukan proyek peningkatan layanan Ditjen PEN (d/h BPEN). Proyek ini terbagi menjadi lima working groups yang masing-masing memiliki tujuan yang saling berkaitan, antara lain peningkatan fungsi yang meliputi reformasi organisasi, informasi pasar, promosi ekspor, pengembangan produk, dan peningkatan jaringan/aliansi. “Dengan adanya informasi pasar ekspor yang rinci, penguatan jaringan yang lebih luas, produk yang berkualitas dan promosi yang intensif, serta SDM ekspor yang profesional, maka aktivitas perdagangan internasional, khususnya ekspor, diharapkan akan meningkat sesuai dengan target yang diharapkan,” jelas Nus.

Menurutnya, ekspor diharapkan menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Itu sebabnya kebijakan dalam rangka peningkatan ekspor menjadi sangat strategis peranannya. “Oleh karena itu, penguatan fungsi Ditjen PEN sebagai focal point peningkatan ekspor nasional sangat dibutuhkan guna memperkuat nilai kompetitif ekspor Indonesia,” ujar Nus.

Seminar ini bertujuan untuk menyampaikan hasil-hasil kerja sama dengan JICA selama lima tahun (Mei 2010-Mei 2015), serta sosialisasi layanan dan fasilitas yang dimiliki Ditjen PEN. Bentuk kerja sama yang telah dilakukan antara lain dialog eksportir mengenai permasalahan yang dihadapi eksportir dan pelatihan bagi eksportir yang bertujuan meningkatkan kapasitas SDM dalam bersaing di pasar internasional.

JICA juga turut berperan dalam peningkatan informasi pasar sebagai hasil dari riset pasar, layanan Customer Services Centre (CSC) yang memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memperoleh berbagai informasi perdagangan ekspor, serta membership services sebagai sarana pendukung layanan CSC berbasis online. Terakhir, Design Partnership Program (DPP) berupa pengembangan database desainer, Design Facilitation Services (DFS), Designer Dispatch Service (DDS), dan seminar desain, yang bertujuan meningkatkan mutu desain produk UKM, mempromosikan desainer dan UKM, memenuhi kebutuhan UKM terhadap pengembangan produk berorientasi ekspor, serta memfasilitasi alih pengetahuan dari desainer yang berpengalaman kepada desainer lokal/daerah.

Dirjen Nus menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada JICA serta seluruh pihak yang terlibat dalam proyek ini atas komitmennya dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas sehingga dapat memaksimalkan potensi UKM dan produknya. “Saya sampaikan apresiasi atas kerja sama JICA selama ini sehingga dapat menyelesaikan berbagai kegiatan dan program yang komprehensif sesuai dengan target yang telah ditetapkan,” lanjut Nus.

Leave a reply

Your email address will not be published.

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

CAPTCHA *